Kutengok lagi beberapa tahun kebelakang, saat Kalinegoro dengan jarak setengah jam perjalanan dari rumah terasa begitu jauh. Kutarik ingatanku sampai saat ini, saat kata jauh telah sepenuhnya benar membuka jalan baru, telah memberikan cara berpikir yang baru, telah menyediakan mimpi-mimpi baru. Beberapa tempat telah saya kunjungi, saya sadar dunia ini luas. Sedikit saja saya berani bermimpi, tentang tempat jauh, tentang negeri jauh. Beberapa tempat itupun telah memberi saya pelajaran baru, mengenal daerah baru, teman baru, sedulur baru, pengalaman baru.
Perbandingan lurus antara teman baru dan tempat baru, semakin banyak teman yang saya temui maka semakin banyak pula tempat baru yang saya ingin kunjungi. Para pendaki gunung menargetkan dipuncak mana mereka ingin berdiri. Para pengarung jeram meningkatkan level jeram mana yang ingin mereka lalui. Para penyelam ingin lebih banyak tempat berbeda untuk menikmati keindahan bawah laut. Begitupun dengan saya, dalam hati saya ingin kesana, kesana dan kesana.Entah kapan, entah bisa atau tidak, pokoknya saya ingin kesana.
Malam itu saya sedang duduk sembari berbincang disebuah rumah
berlantai kayu, berbincang dengan beberapa teman yang sudah beberapa minggu ini
saya kenal, saat ada seorang bocah sekolahan tingkat SMP membaca dengan berkata
“Mau pergi kemanakah kamu jika kamu punya pintu ajaib?”. Kalimat yang terdengar
begitu biasa saja bagi kita yang pernah beberapa kali melihat tempat indah di
berbagai belahan dunia atau paling tidak di Indonesia. Namun tidak bagi dia,
seorang bocah berseragam celana pendek warna biru tua. Dalam pemikirannya,
pintu ajaib itu harus ada, khususnya untuk orang-orang seperti dia. “Saya juga
ingin kemana-mana” , katanya. Setiap pulang sekolah dikayuh sepedanya, kakinya selalu
tanpa alas, sepasang sepatu dia letakan di keranjang sepedanya. Badannya kecil
mungil, kulitnya legam, rambutnya tipis. Dilakukannya apa yang diminta
teman-temannya. Pernah diceritakan sendiri kepadaku bahwa dikampung ini dia
hanya hidup dengan neneknya. Sejak kecil diasuh oleh neneknya. Ibunya bekerja
sebagai Tenaga Kerja Indonesia, ayahnya entah sedang berada dimana. Selama dia
berumur, lima jari ditangan kanannya lebih banyak dari jumlah dia bertemu
dengan kedua orang tuanya. Di bawah gelap malam itu, matanya berbicara tentang
arti sepi yang sebenarnya. Sepi ingin bertemu, sepi yang merindu, sepi yang menyiksa, sepi yang
menunggu. Sepi yang butuh segera untuk diobati.
Dari mereka yang belum pernah kemana-mana, dari mereka yang tidak
pernah kemana-mana. Saat kita bertemu dengan orang-orang seperti mereka, kita
akan disadarkan dengan kalimat populer “Maka nikmat Tuhan manakah yang kamu
dustakan?”. Memang benar terkadang makna
perjalanan diberikan oleh mereka yang tak pernah dikira.
Bocah SMP itu terlihat
sederhana dikesehariannya, tapi juga tidak saya pungkiri kalau dia ingin
seperti teman-temannya, entah pergi kesekolah atau kemana naik sepeda motor,
punya telepon genggam layar sentuh. Namun itu hanya dikhayalannya, kenyataan
berbicara berbeda, kaospun tiga hari tanpa ganti. Suatu ketika dia merintihkan
air mata, bukan karena diputus pacarnya. Karena celana jeansnya robek setelah
sedikit bercanda dengan saya, dan karena celananya yang sobek itu pula dia
tidak berani pulang kerumah, dia takut kena marah neneknya.
Di kesehariannya
selain sekolah, dia gemar memancing, bahkan sampai larut. Ikan tangkapannya,
walau kadang tak seberapa diberikannya untuk neneknya, sebagai hidangan dimeja.
Selain janji untuk meraih cita-citanya, mungkin sekresek ikan itu saja yang
saat ini bisa dia berikan untuk neneknya.
Ceritanya kalau dia
tidak muluk ingin kuliah, setelah lulus SMP dia ingin masuk SMK saja, SMK
perhotelan. Kebetulan juga saya pernah bekerja di salah satu hotel bintang
tiga, saya utarakan pengalaman saya, pengetahuan saya tentang dunia perhotelan,
saya mencoba untuk meyakinkan dia. Dunia perhotelan dapat membawamu kemana kamu
mau, mau plesir sambil berkerja ke luar negeri, belajarlah bahasa asing, lalu
ikutlah kapal pesiar. Sambil menghisap sebatang rokok wajahnya mulai sumringah.
Dia mungkin membayangkan bekerja di salah satu hotel berbintang di Bali, lalu
dia berjanji pada saya bahwa itu adalah batang rokok terakhirnya, dia tidak
akan merokok lagi. Besoknya dia tergeletak lemas, dia muntah-muntah, ternyata
dia mabuk, ah dasar janji bocah.
Pertemuan itu, pertemuan yang tak pernah saya kira. Saya adalah seorang yang
ingin kemana-mana, tapi saya takut kemana-mana. Saya ingin kesana tapi
bagaimana caranya? Berapa biayanya? Apakah saya mampu sampai disana? Bersama
dengan bocah SMP itu saya lepaskan pemikiran itu, saat berboncengan sepeda
motor dengan bocah SMP itu tempat jauh terasa dekat saja. Tatapnya berkata pada
saya, “Bro, tolong jagain tempat-tempat indah ya, saya belum pernah kesana.
Saya akan kesana walau saya nggak punya pintu kemana saja.”
Hari
ini, saat saya kembali mengingatnya. Sepertinya dia hadir lagi didepanku,
berbincang lagi denganku, berDialog Dini Hari padaku, lalu bersajak,
sisipkanlah aku di sayapmu, lalu terbangkanlah aku kemanapun kau mau.
Cerita ini menyentuh. Diksimu itu yang membuat menyentuh. Terima kasih untuk penyajian kata-kata yang menyentuh itu. Jikalau kau kembali bertemu dengannya, titip salamku padanya.
ReplyDelete-Aku yang mungkin suatu saat akan bersama kamu ke mana-mana dengan rasa takut ke mana-mana namun bisa saja seketika itu berani jika ke mana-mana bersamamu- MCO
Yaa Mas anonim.. Akan saya sampaikan salam mas anonim padanya. Hidupnya memang sederhana, tapi keinginanan untuk bahagianya luar biasa.
Deletemau kemana-mana bersama siapa mas? :)
Jika Tuhan menghendaki aku mau kemana-mana dengan kamu Mas :) apa yg sedang kamu raih saat ini? Aku akan menunggu. Harapan ini akan kurawat dalam doa-doaku.
DeleteAku pingin ke santorini, papua, maluku .. pokoke banyak kalo punya pintu ajaib hehehe. Btw cakep banget foto nya :-)
ReplyDeletesama Mas aku pengen jalan-jalan sepertimu.. Mengenal lebih jauh tentang Indonesia..
DeleteMenyentuh kali cerita ni...
ReplyDeleteakupun tak berani kemana-mana tapi aku ingin kemana-mana
Mari Mas.. mari kita kemana mana..
Deletewalau tidak punya pintu kemana saja..